Senin, 12 Juni 2023

PUTUS ASA

Putus Asa itu Kafir 

    Kafir. Itulah Sejelek-jeleknya manusia. Mereka tak mempercayai Alloh Ta'ala. Sedangkan iblis saja, sebagaimana dikisahkan dalam Alqur'an masih percaya adanya Alloh, dengan bukti minta ditannguhkan sampai hari akhir. Ternyata, kafir berbanding lurus dengan putus asa. Dalam salah satu firman-Nya, Alloh mempersamakan sifat putus asa itu dengan sifat kekafiran.

    Di antara sifat-sifat batin terjelek yang mengotori hati manusia adalah sifat putus asa. Sebuah sifat hati yang tidak percaya bahwa Alloh Ta'ala itu Maha Kuasa. Maha Kuasa memberikan pertolongan akan kesulitan-kesulitan yang menimpa dirinya. Demikianlah definisi secara singkat  dalam Kitab Ma'rifatuddin Jilid III.
Bahkan ditegaskan dalam Alqur'an Surat Yusuf ayat 87 bahwa sifat putus asa adalah sifat orang-orang kafir.
             يَٰبَنِىَّ ٱذْهَبُوا۟ فَتَحَسَّسُوا۟ مِن يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَا۟يْـَٔسُوا۟ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ ۖ إِنَّهُۥ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِن رَّوْحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلْقَوْمُ ٱلْكَٰفِرُونَ
Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.

    Segala sesuatu yang dikerjakan manusia itu akan berakibat pada gembira dan susah. Dan hampir setiap hari bahkan setiap saat manusia bolak-balik terus mengalami dua keadaan, gembira dan susah. Tak terbilang banyaknya sesuatu yang bisa menimbulkan kegembiraan. Sebaliknya tak sedikit pula sesuatu yang bisa menimbulkan kesusahan.

    Ada gembira karena mendapatkan jodoh, kelahiran anak, mendapatkan jabatan, naik pangkat, usaha sukses, meraih prestasi dan lain sebagainya. Ada susah karena kematian, sakit, usaha bangkrut, nama tercemar, jabatan turun, tidak lulus sekolah dan lain-lain. 

    Ibaratkan dua sifat tersebut ibaratnya sebuah tamu yang silih berganti mendatangi hati manusia. Bila si tamu gembira datang maka si tamu susah pergi. Begitu juga sebaliknya. Bila musuh datang, gembira 
pergi. Silih berganti datang dan pergi, bagai siang dan malam, bagai gelap dan terang, bagai panas dan dingin. 

Manusia mengalami gembira karena dia pernah mengalami susah. Manusia mengalami susah karena dia pernah mengalami gembira. Adanya gembira dikenal melalui susah, adanya susah dikenal melalui gembira. 

Apabila manusia kedatangan rasa gembira janganlah sampai hati yang sebagai tuan rumah itu ditawan oleh rasa gembira, karena kalau hati dikuasai oleh rasa gembira akan timbullah sifat takabbur. Membangga-banggakan diri. Lupa akan kelemahan-kelemahan diri. 

Sebaliknya apabila kedatangan rasa susah janganlah sampai hati yang sebagai tuan rumah itu dikuasai oleh rasa susah. Sehingga, karena kalau hati dikuasai oleh rasa susah, timbulah sifat putus asa. Lupa bahwa Alloh itu Dzat Yang Maha Kuasa yang bisa melepaskan kita dari bermacam-macam kesusahan. 

Lupa dan tidak percaya kepada Dzat Yang Maha Kuasa adalah bahaya maha besar dan akan menimbulkan kerugiankerugian besar dunia hingga akhirat. 

Di dunia ia akan bermalas-malasan. Tidak lagi bersemangat dan gairah dalam hidup. Mudah terpancing emosinya. Sehingga cepat marah walaupun dengan sebab yang kecil saja. 

Dalam pikirannya selalu dipenuhi hal-hal negatif bahkan bisa kehilangan pertimbangan akal sehatnya. Padahal akal adalah yang membedakan antara manusia dengan hayawan. Maka bukan sembarangan jika Alloh SWT mengingatkan. “Tidak ada orang yang putus asa dari rahmat Alloh kecuali orang yang sesat.

Jikalah orang-orang kafir itu yang berputus asa tentu masih bisa dimaklumi. Memang mereka adalah orang yang tidak percaya kepada Alloh Ta'ala. Tapi jika orang mu'min yang putus asa. Boleh jadi orang mu' min tersebut dinilai lebih jelek dari orang kafir, berkata percaya kepada Alloh tapi hatinya sama dengan tak percaya, dan lebih fatal lagi bisa lebih jelek dari pada Iblis yang mana Iblis masih percaya kepada Alloh. Na 'udu billahimindzalik. 
Semoga kita diselamatkan Alloh dari sifat putus asa.

Semoga Alloh Ta'ala menyelamatkan kita semua dari sifat hasud yang yang amat merugikan ini. Sebab hanya kepada-Nya kita semua berlindung dan memohon keselamatan. 

Jika ada pepatah yang mengatakan bahwa di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Sebenarnya, yang lebih tepat justru sebaliknya. 

Di dalam jiwa yang selamat terdapat tubuh sehat. Sesuai hadist Rosululloh. “Ketahuilah, sesungguhnya pada setiap jasad ada sekerat daging, apabila dia baik maka baik seluruh anggota jasad, apabila dia jelek maka jelek semua anggota jasad, ketahuilah dialah hati.” (HR. Bukhari No. 52 dan Muslim No. 1599).